JAKARTA, KOMPAS.com – Greenpeace Indonesia mendesak pemerintah untuk memperkuat kebijakan mitigasi dan adaptasi banjir, imbas tingginya curah hujan di musim kemarau. Diketahui, banjir melanda beberapa wilayah Indonesia.
Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu, menyampaikan kondisi tersebut bukan sekadar anomali musiman tetapi berkaitan dengan krisis iklim.
Dia mengungkapkan krisis iklim harus diintegrasikan dalam proses perencanaan pembangunan termasuk sektor energi, tata ruang, dan pengelolaan sumber daya alam.
“Pemerintah juga perlu menghentikan ekspansi energi fosil dan segera beralih ke energi bersih terbarukan yang aman dan berkelanjutan,” kata Bondan dalam keterangannya, Jumat (11/7/2025).
Pemanasan global, lanjut dia, turut disebabkan emisi gas rumah kaca, energi fosil, deforestasi, dan industri ekstraktif. Bondan menyebut, fenomena hujan saat kemarau pun tak bisa lagi dinormalisikan.
“Fenomena hujan deras di periode Juli adalah peringatan serius bahwa krisis iklim sudah mengubah wajah musim di Indonesia. Pemerintah harus bertindak cepat dan tegas untuk mengurangi emisi dan melindungi rakyat dari dampak krisis iklim yang makin parah,” ucap dia.